LEMBAR
ASISTENSI
Nama
: Hanik Makhliatus Samawiyah
Stambuk
: A251 10 068
Kelompok
: 1
Asisten : Irwan Sf
NO
|
Hari/Tanggal
|
Catatan
|
Paraf
|
|
|
|
|
PERCOBAAN
IV
KARAKTERISTIK
UNSUR-UNSUR HALOGEN
I.
TUJUAN
Adapun
tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat mempelajari sifat-sifat unsur halogen.
II.
DASAR TEORI
Unsur-unsur halogen dalam
sistem periodik menempati golongan VIIA yang terdiri dari unsur Fluor (F), Klor (Cl), Brom (Br), iodin (I), dan Astatin (At). Unsur-unsur golongan VIIA disebut unsur
halogen artinya pembentuk garam. Pada bagian ini unsur Astatin tidak dibahas karena
bersifat radioaktif dengan waktu paruh pendek sehingga
jarang ditentukan
dan sifat-sifatnya belum banyak diketahui.
Unsur halogen berupa molekul
diatomik (X2) dengan energi ikatan X - X berkurang dari Cl2 sampai I2, sesuai dengan pertambahan jari-jari atomnya. Semakin
panjang jari-jari atom semakin lemah ikatan antaratom
sehingga semakin mudah diputuskan akibatnya energi ikatan
makin rendah.
Energi ikatan F - F lebih kecil dibanding dengan energi ikatan Cl -
Cl dan Br - Br, hal ini berhubungan dengan kereaktifan F2. Semakin reaktif molekul X2 menyebabkan ikatan semakin mudah diputuskan sehingga
energi ikatan relatif kecil.
Titik cair dan titik didih
halogen meningkat dengan bertambahnya nomor atom. Hal ini disebabkan
semakin bertambahnya gaya dispersi antarmolekul halogen sesuai bertambahnya massa molekul
relatif (Mr). Sesuai titik cair dan titik didihnya, maka wujud halogen
pada suhu kamar bervariasi, F2 dan Cl2 berupa gas, Br2 cair, dan I2 padat.
Unsur-unsur halogen dapat
dikenali dari bau dan warnanya karena berbau merangsang.
Fluor berwarna kuning muda, klor hijau kekuningan,
Brom cokelat, dan iodin berwarna ungu. Kelarutan halogen dari fluor sampai iodin dalam air semakin berkurang.
Fluor selain larut juga bereaksi dengan air.
2F2(g) + 2H2O(l) 4HF(aq) + O2(g)
Iodin sukar larut dalam air, tetapi mudah larut dalam
larutan yang mengandung ion I- karena membentuk ion poliiodida I3-, misalnya I2 larut dalam larutan KI.
I2(s) + KI(aq) KI3(aq)
Karena molekul halogen nonpolar sehingga lebih mudah
larut dalam pelarut nonpolar, misalnya CCl4, aseton, kloroform, dan
sebagainya.
Unsur-unsur halogen adalah
unsur-unsur yang reaktif, hal ini terbukti keberadaan halogen di alam sebagai senyawa. Kereaktifan halogen
dipengaruhi kelektronegatifannya. Semakin besar
kelektronegatifan semakin reaktif karena semakin mudah menarik elektron.
Selain dipengaruhi keelektronegatifan, kereaktifan
halogen juga dipengaruhi oleh energi ikatan halogen. Semakin kecil energi ikatan
halogen, semakin mudah diputuskan ikatan tersebut sehingga makin reaktif
halogen. Dengan melihat data keelektronegatifan dan
energi ikat halogen, dapat disimpulkan kereaktifan halogen dari atas ke bawah
semakin berkurang.
Halogen merupakan oksidasi
kuat. Sifat oksidator halogen dari atas ke bawah semakin lemah,
sehingga halogen-halogen dapat mengoksidasi ion halida di bawahnya.
F2 + 2KCl 2KF + Cl2 atau ditulis
F2 + 2Cl- 2F- + Cl2
Cl2 + 2I- 2Cl- + I2
Br2 + KF (tidak terjadi reaksI)
Br2 + F- (tidak terjadi reaksi)
Dari reaksi di atas juga berarti ion halida (X-) bersifat reduktor. Sifat
reduktor ion halida makin ke bawah semakin kuat.
Unsur halogen mampu berikatan dengan
unsur logam melalui ikatan ion untuk membentuk garam seperti NaCl, KBr, dan MgI2.
Pembentukan garam dapat juga terjadi dari reaksi antara asam dan basa. Seperti
reaksi :
HCl
+ NaOH NaCl + H2O
a)
Asam halida (HX)
Asam
halida dalam keadaan gas adalah senyawa kovalen, tetapi dalam air senyawa
tersebut akan terdisosiasi. Urutan kekuatan asam untuk asam halida adalah HI
> HBr > HCl > HF.
b)
Asam oksihalida
Rumus
umum asam oksihalida yaitu HXO, HXO2, HXO3, dan HXO4
dengan nama asam hipohalit, asam halit, asam halat, dan asam perhalat.
Contohnya : HClO = asam hipoklorit, HClO2 = asam klorit, HClO3=asam
klorat, dan HClO4=asam perklorat.
Senyawa antar halogen dapat terjadi
dimana unsur yang kelektronegatifan besar akan membentuk biloks negatif dan
unsur yang keelektronegatifan kecil akan membentuk biloks positif. Unsur dengan
biloks negatif hanya satu valensi yaitu -1, sedangkan unsur biloks positif
dapat mempunyai lebih dari satu, yaitu +1, +3, +5, atau +7.
Adapun
kegunaan halogen adalah sebagai berikut :
CCl2F2 :
Gas freon (freon–12) digunakan sebagai zat
pendingin pada lemari es dan AC.
NaF :
Natrium fluorida digunakan sebagai obat penguat pada kayu.
DDT :
Dikloro Difenil Trikloro etana digunakan sebagai
insektisida.
PVC :
Polivinil klorida digunakan sebagai plastik untuk pipa pralon.
CaOCl2: Digunakan sebagai serbuk pengelantang
dan desinfektan.
NaClO : Kaporit sebagai serbuk
pengelantang
KClO3 : Digunakan dalam industri korek api.
KCl :
Digunakan untuk pupuk.
NaBr : Digunakan dalam kedokteran sebagai obat
penenang
(Anonim,
2010).
`
III.
ALAT DAN BAHAN
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
a) Alat
1. Tabung
reaksi 10 buah
2. Rak
tabung reaksi
3. Pipet
tetes
4. Kertas
lakmus
5. Kertas
saring
6. Spatula
b) Bahan
1. Larutan
KF 0,5 M
2. Larutan
KBr 0,5 M
3. Larutan
KCl 0,5 M
4. Larutan
KI 0,5 M
5. Larutan
HCl pekat
6. Larutan
NaOH 0,1 M, 0,001 M
7. Larutan
Fe3+ 0,1 M
8. Larutan
AgNO3 0,1 M
9. Larutan
CHCl3
10. Padatan
MnO2 0,5 gram
11. Padatan
KMnO4 0,5 gram
12. Indikator
PP
IV.
PROSEDUR KERJA
Adapun
prosedur kerja dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
A. Pembuatan
Unsur Halogen
1. Menyiapkan
2 buah tabung reaksi dan memberi tanda 1 dan 2.
2. Memasukkan
0,5 gram MnO2 ke dalam tabung 1 dan 0,5 gram KMnO4 ke
dalam tabung 2.
3. Menyiapkan
2 lembar kertas saring dengan diameter 4 cm. Pada bagian tengah kertas saring
tersebut meneteskan larutan NaOH 0,001 M dan indikator PP.
4. Ke
dalam tabung 1 yang berisi MnO2 menambahkan 1 cm3 HCl
pekat kemudian menutup permukaan tabung tersebut oleh salah satu kertas saring
yang telah disiapkan.
5. Ke
dalam tabung 2 yang berisi KMnO4 menambahkan 1 cm3 HCl
pekat, kemudian secepatnya menutup permukaan tabung tersebut dengan menggunakan
kertas saring yang lainnya.
B. Uji
Sifat-Sifat Unsur Halogen
1. Menyiapkan
4 buah tabung reaksi dan memberi label 1,2,3, dan 4.
2. Memasukkan
2,5 mL larutan AgNO3 0,1 M ke dalam masing-masing tabung reaksi.
3. Menambahkan
masing-masing tabung 2,5 mL larutan berikut ini :
a. Larutan
KF 0,5 M ke dalam tabung 1
b. Larutan
KCl 0,5 M ke dalam tabung 2
c. Larutan
KBr 0,5 M ke dalam tabung 3
d. Larutan
KI 0,5 M ke dalam tabung 4
4. Menyiapkan
4 buah tabung reaksi yang lain dan memberi label 5,6,7, dan 8. Lalu memasukkan
ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut 2,5 mL larutan Fe(III) 0,01 M dan
0,5 mL larutan NaOH 0,1 M.
5. Menambahkan
masing-masing 2,5 mL larutan berikut ini :
a. Larutan
KF 0,5 M ke dalam tabung 5
b. Larutan
KCl 0,5 M ke dalam tabung 6
c. Larutan
KBr 0,5 M ke dalam tabung 7
d. Larutan
KI 0,5 M ke dalam tabung 8
6. Menambahkan
0,5 mL CHCl3 ke dalam setiap tabung dan mengocoknya dengan kuat
serta mengamati setiap perubahan yang terjadi.
V.
HASIL PENGAMATAN
Adapun hasil pengamatan yang
diperoleh dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
D1
D2
|
1.
KMnO4 0,5 g + HCl
pekat 1 mL, ditutup kertas saring yang ditetesi NaOH 0,001M dan indikator PP.
2.
2. MnO2 0,5 g + HCl pekat 1 mL,
ditutup kertas saring yang ditetesi NaOH 0,001M dan indikator PP.
1. AgNO3
2,5 mL+KF 2,5 mL
2. AgNO3
2,5 mL+KCl 2,5 mL
3. AgNO3
2,5 mL+KBr 2,5 mL
4. AgNO3
2,5 mL+KI 2,5 mL
|
-Berwarna
coklat kehitaman, terdapat endapan hitam.
-Warna
merah muda pada kertas saring cepat hilang.
-Berwarna
hitam, terbentuk endapan hitam.
-Warna
merah muda pada kertas saring lambat hilang.
-Larut
dan bening
-Larut
dan terdapat endapan putih
-Larut
agak keruh dan terdapat endapan putih
-Larutan
berwarna kuning keruh dan terdapat endapan.
|
|
1. Fe3+
2,5 mL + NaOH 0,5 mL
2. Fe3+
2,5 mL + NaOH 0,5 mL + KF 0,5M 2,5 mL
3. Fe3+
2,5 mL + NaOH 0,5 mL + KCl 0,5M 2,5 mL
4. Fe3+
2,5 mL + NaOH 0,5 mL + KBr 0,5M 2,5 mL
5. Fe3+
2,5 mL + NaOH 0,5 mL + KI 0,5M 2,5 mL
6. Fe3+
2,5 mL + NaOH 0,5 mL + KF 0,5M 2,5 mL+CHCl3
7. Fe3+
2,5 mL + NaOH 0,5 mL + KCl 0,5M 2,5 mL+CHCl3
8. Fe3+
2,5 mL + NaOH 0,5 mL + KBr 0,5M 2,5 mL+CHCl3
9. Fe3+
2,5 mL + NaOH 0,5 mL + KI 0,5M 2,5 mL+CHCl3
|
-Berubah
dari putih kekuningan menjadi kuning kebeningan
-Putih
keruh
-Bening
kekuningan
-Kuning
muda
-Larutan
merah pekat
-Larutan
memisah
-Larutan
memisah
-Larutan
memisah
-Larutan
memisah
|
VI.
PERSAMAAN REAKSI
1. MnO2(s) +
HCl(aq) → MnCl4
+ H2O
KMnO4(s) +
HCl(aq) →
KCl + HMnO4
2. AgNO3
(aq) + KF(aq)
→ KNO3(aq) +
AgF
AgNO3
(aq) + KCl(aq) → KNO3(s) +
AgCl
AgNO3 (aq) +
KBr(aq) → KNO3(s)
+ AgBr
AgNO3 (aq) +
KI(aq) → KNO3(s)
+ AgI
3. KF(aq)
+ Fe3+(aq) +
NaOH(aq) → KOH
+ NaF
KCl(aq) + Fe3+(aq)
+ NaOH(aq) →
KOH + NaCl
KBr(aq) + Fe3+(aq)
+ NaOH(aq) →
KOH + NaBr
KI(aq) + Fe3+(aq)
+ NaOH(aq) →
KOH + NaI
VII.
PEMBAHASAN
Unsur-unsur halogen dalam
sistem periodik menempati golongan VIIA yang terdiri dari unsur Fluor (F), Klor (Cl), Brom (Br), iodin (I), dan Astatin (At). Unsur-unsur golongan VIIA disebut unsur
halogen artinya pembentuk garam. Pada bagian ini unsur Astatin tidak dibahas karena
bersifat radioaktif dengan waktu paruh pendek sehingga
jarang ditentukan
dan sifat-sifatnya belum banyak diketahui
(Anonim, 2010).
A. Pembuatan
Unsur Halogen
Pada percobaan ini, unsur halogen yang akan dibuat adalah unsur
Cl yaitu dengan cara mengoksidasi Cl- yang berasal dari HCl membentuk Cl2.
Perlakuan pertama adalah menyiapkan 2 buah tabung reaksi dan memberi tanda 1
dan 2. Lalu memasukkan 0,5 gram MnO2 ke dalam tabung 1 dan 0,5 gram
KMnO4 ke dalam tabung 2. Kemudian menyiapkan 2 lembar kertas saring
dengan diameter 4 cm. Pada bagian tengah kertas saring tersebut meneteskan
larutan NaOH 0,001 M dan indikator PP. Ke dalam tabung 1 yang berisi MnO2 menambahkan
1 cm3 HCl pekat kemudian menutup permukaan tabung tersebut oleh
salah satu kertas saring yang telah disiapkan. Pada MnO2 larutan
berwarna hitam, terbentuk endapan hitam, dan warna merah muda pada kertas
saring lambat hilang. Ke dalam tabung 2 yang berisi KMnO4
menambahkan 1 cm3 HCl pekat, kemudian secepatnya menutup permukaan
tabung tersebut dengan menggunakan kertas saring yang lainnya. Hasil yang
diperoleh yaitu pada KMnO4, larutan berwarna coklat kehitaman,
terdapat endapan hitam, dan warna merah muda pada kertas saring cepat hilang. Indikator
PP berfungsi untuk mengindikasi basa. Warna merah muda pada kertas saring cepat
hilang karena pada saat mereaksikan KMnO4 dan MnO2 dengan
HCl pekat menghasilkan gas Cl- yang dioksidasi menjadi Cl2
dan Cl2 ini menguap ke atas dan bertemu dengan NaOH yang terdapat
pada kertas saring membentuk NaCl yang bersifat netral . Hal inilah yang
menyebabkan warna merah muda tersebut hilang. Warna merah muda pada KMnO4 lebih
cepat hilang karena KMnO4 memiliki daya oksidasi yang lebih kuat
dari pada MnO2. Hal ini terbukti dari banyaknya perubahan biloks
yang terjadi MnO4- menjadi Mn2+ sedangkan MnO2
hanya melepas 2 elektron (Anonim, 2010).
B. Uji
Sifat-Sifat Unsur Halogen
Pada perlakuan ini, menyiapkan 4 buah
tabung reaksi dan memberi label 1,2,3, dan 4. Lalu memasukkan 2,5 mL larutan
AgNO3 0,1 M ke dalam masing-masing tabung reaksi. Kemudian menambahkan
masing-masing tabung 2,5 mL larutan KF 0,5 M ke dalam tabung 1, KCl 0,5 M ke
dalam tabung 2, KBr 0,5 M ke dalam tabung 3, dan KI 0,5 M ke dalam tabung 4.
Pada tabung 1yang diuji adalah kelarutannya. Hasil yang diperoleh adalah
larutan bening dan larut. Sedangkan pada KCl,KBr,dan KI terdapat endapan yang
semakin banyak yaitu endapan KNO3. Hal ini menandakan bahwa unsur
halogen dari atas ke bawah kelarutannya berkurang disebabkan daya mengoksidasi
semakin lemah (Rohaeti, 2008).
Perlakuan berikutnya adalah menyiapkan
4 buah tabung reaksi yang lain dan memberi label 5,6,7, dan 8. Lalu memasukkan
ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut 2,5 mL larutan Fe(III) 0,01 M dan
0,5 mL larutan NaOH 0,1 dan menambahkan masing-masing 2,5 mL larutan KF 0,5 M
ke dalam tabung 5(berwarna putih keruh), larutan KCl 0,5 M ke dalam tabung 6(berwarna
bening kekuningan), larutan KBr 0,5 M ke dalam tabung 7(berwarna kuning muda),
dan larutan KI 0,5 M ke dalam tabung 8(berwarna merah pekat). Kemudian menambahkan
0,5 mL CHCl3 ke dalam setiap tabung dan mengocoknya dengan kuat
serta mengamati setiap perubahan yang terjadi. Pada perlakuan ini yang diuji adalah
kepolarannya. Kepolaran berkurang dari F,Cl,Br, dan I. Dimana F lebih polar
dari Cl, Cl lebih polar dari Br, dan Br lebih polar dari I. Seharusnya I
bereaksi dengan CHCl3 karena CHCl3 senyawa non polar
sementara I merupakan unsur terakhir pada halogen yang cenderung lebih aktif
sehingga tidak banyak digunakan. Karena kepolaran unsur halogen dari atas ke
bawah berkurang, seharusnya I sedikit bereaksi dengan CHCl3. Namun
pada percobaan ini tidak terlihat bahwa I bereaksi dengan CHCl3. Hal
ini dikarenakan kesalahan dalam mencampurkan larutan dimana larutan iod sangat
sedikit sehingga tidak dapat diamati reaksinya dengan CHCl3.
Kepolaran unsur-unsur halogen berkurang dari atas ke bawah karena semakin reaktif molekul halogen menyebabkan ikatan semakin mudah diputuskan sehingga
energi ikatan relatif kecil dan menyebabkan
kereaktifan dan kepolaran berkurang. Kereaktifan halogen dipengaruhi kelektronegatifannya. Semakin besar
kelektronegatifan semakin reaktif karena semakin mudah menarik elektron.
Selain dipengaruhi keelektronegatifan, kereaktifan
halogen juga dipengaruhi oleh energi ikatan halogen. Semakin kecil energi ikatan
halogen, semakin mudah diputuskan ikatan tersebut sehingga makin reaktif
halogen. Dengan melihat data keelektronegatifan dan
energi ikat halogen, dapat disimpulkan kereaktifan halogen dari atas ke bawah
semakin berkurang. (Anonim, 2010).
VIII. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik
dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Unsur
yang dibuat dalam percobaan ini adalah Cl.
2. Kelarutan
unsur-unsur halogen semakin berkurang dari atas ke bawah (F>Cl>Br>I).
3. Kepolaran
unsur-unsur halogen semakin berkurang dari atas ke bawah (F>Cl>Br>I).
DAFTAR PUSTAKA
Rohaeti. 2008. Smart Kimia.Bimasakti. Surabaya.
Staf Pengajar. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik 1. Untadpress.
Palu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar